Sekarang telah terbangun jalan yang disebut dengan jalur selatan menuju kabupaten Malaka yang menyusuri pesisir selatan Pulau Timor di Nusa Tenggara Timur. Tentunya merupakan sebuah kemudahan bagi masyarakat Malaka ataupun sebaliknya untuk masyarakat Kupang yang hendak bepergian ke dua tempat ini . Saat ini jarak tempuh perjalanan dari Malaka-Kupang atau sebaliknya yang semula ditempuh selama 7 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor atau roda empat, sekarang sudah bisa ditempuh dalam waktu 4 jam perjalanan saja meski ada beberapa ruas jalan yang sedang dalam pembangunan di seputaran desa Boking. Jadi secara detail maka rute awal yakni melewati tengah-tengah pulau Timor melewati Kota Soe, Kefa dan Atambua dapat diganti dengan nuansa perjalanan baru yakni Jalan Pantai Selatan Timor dari Kupang-Batuputih-Kolbano-Boking-Malaka dan bisa ditempuh dalam 4 jam perjalanan. Dalam edisi kali ini saya menemukan sebuah rute baru dan tentunya menemukan sebuah pemandangan baru pantai selatan Pulau Timor, meski para pengendara hendaknya lebih berhati-hati dalam berkendara dikarenakan posisi jalan yang berada antara bukit dan jurang sebagai karakteristik pantai selatan pulau Timor.
Now there is a new route called the southern route to Malacca district that ran along the southern coast of Timor Island in East of Nusa Tenggara. Of course this is an easiness for people of Malacca or vice versa for Kupang people who want to travel to these two places. Currently the distance traveled from Malaka-Kupang or vice versa which was originally taken for 7 hours by motorbike or four wheels, then now can be reached within 4 hours journey though there are some roads that are under construction in arround Boking village . So in detail the initial route through the middle of Timor island which ran through Soe City, Kefa and Atambua then can be replaced with a new nuance of South Coast of Timor from Kupang-Batuputih-Kolbano-Boking-Malaka and can be reached within 4 hours journey. In this edition I discovered a new route and certainly found a new scene of southern coast of Timor Island, although I remind you should be more careful in driving due to the position of roads is definatelly between the hill and cliffs as characteristic of the southern coast of the island of Timor.
|
The Beauty of Kolbano Beach Scenery, photo By Ketut Rudi |
|
Menu Village, photo by Ketut Rudi |
|
Near the sea, photo by Ketut Rudi |
|
River at Boking Village, Photo by Ketut Rudi |
Sebelum tiba di malaka, maka kita akan melewati beberapa Sungai namun telah dibangun jembatan penghubung yang memiliki panjang hampir sama dengan jembatan Noelmina di Batu Putih. Dan kebanyakan sungai-sungai tersebut adalah sungai musiman yang mana tampak kering pada saat musim kemarau dan banjir pada saat musim hujan.
Before arriving in malacca, then we will pass several rivers but bridges are already built which have similar length with Noelmina bridge in Batu Putih. And most of the rivers are seasonal rivers which appear lack water during dry season and flood during rainy season.
|
Besikama River, Photo by Ketut Rudi |
|
Besikama River, photo by Ketut Rudi |
Betun adalah ibukota Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Selain Kota Atambua, kota ini juga merupakan salah satu tempat penampungan para pengungsi dari Timor Leste, yang mengungsi karena konflik antar-negara Indonesia dan Timor Leste pada tahun 1999-2006. Kota Betun adalah kota kecil yang terletak di Timor Barat. Kota ini diresmikan sebagai ibukota Kabupaten Malaka sejak Kab. Malaka diresmikan. (Sumber Wikipedia)
Betun is the capital of Malacca, East of Nusa Tenggara, Indonesia. In addition to Atambua City, the city is also one of the East Timor refugee shelters, who were displaced by the conflict between Indonesia and Timor Leste between 1999 and 2006. Betun City is a small town located in West Timor. The city was inaugurated as the capital of Malacca Regency since Malacca is inaugurated. (Source Wikipedia)
|
Malaka City, Photo by Ketut Rudi |
Secara geografis, Malaka terdiri dari 13 kecamatan dan Malaka merupakan salah satu daerah terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Pintu masuk ke Negara tetangga yang juga merupakan bekas Negara Indonesia itu berada di Motaain. Saat ini Malaka boleh disebut sebagai lumbung padi dan beberapa komoditas pertanian lainnya untuk Kabupaten Malaka dan Kabupaten Belu yang dulunya merupakan bagian dari Malaka sebelum pemekaran menjadi kabupaten Baru. Melihat dari alam dan geografis Malaka maka Kabupaten ini memiliki potensi besar baik mulai dari peternakan, perikanan, pertanian, bahari dan pariwisata yang sangat menjanjikan untuk NTT. Malaka memiliki lahan subur dan daerah persawahan yang luas yang dapat menjadi daerah bisnis dan primadona baru bagi investor di NTT. Bupati beserta jajaran pemerintah Malaka melakukan pengadaan sejumlah Traktor untuk melayani masyarakat yang mayoritas adalah sebagai petani untuk pengolahan tanah sebelum tanam secara gratis tanpa dipungut biaya. Sebuah usaha yang cukup baik dirasakan oleh para petani sehingga optimis Malaka bisa menjadi kekuatan ekonomi baru di NTT.
Geographically, Malacca consists of 13 sub-districts and Malacca is one of Indonesia's outermost regions bordering on Timor-Leste. Entrance to the neighboring country which is also the former State of Indonesia is located in Motaain. Currently Malacca may be referred to rice granary and some other agricultural commodities for Malacca and Belu districts that were once as the same regency before Malacca became new regency. Looking at the nature and geography of Malacca, the district has great potentials ranging from livestock, fisheries, agriculture, marine and tourism which is very promising for NTT. Malacca has fertile land and extensive rice fields that could become a new business and favorable area for investors in NTT. The Head and government of Malacca were procuring many tractors to serve the majority community as farmers for processing of the land before planting for free at no charge. A good efforts and benefits for farmers so optimistic that Malacca can become a new economic power in NTT.
|
Rice Field In Harekakae Malaka City, Photo by Ketut Rudi |
|
Rice field Near the road somewhere in Malaka, Photo By Ketut Rudi |
|
Ricefield is welcoming us, photo by Ketut Rudi |
|
Coconut trees and a lighting strike, photo by ketut rudi |
|
It's easy to find cows in Malaka, Photo by Ketut Rudi |
Sumber mata air Weliman dikenal di Malaka dengan nama Wematan Weliman yang terletak di desa Haitimuk–Kecamatan Weliman-Kabupaten Malaka merupakan sumber mata air yang berada ditengah-tengah antara lima Kecamatan berpenduduk padat di Malaka yakni Kecamatan Weliman, Malaka Barat, Wewiku, Rinhat dan Kecamatan Malaka Tengah. Saat ini telah ditata baik untuk pengairan dengan dijumpainya jalur irigasi yang telah terbangun. Disamping itu setiap hari khususnya pada saat siang hari dan sore hari, tempat ini menjadi tempat istirahat, berenang dan tempat rekreasi keluarga bahkan digunakan warga untuk mencuci pakaian dan kendaraan serta tempat untuk memandikan ternak namun tidak pada kolam inti . Selama ini warga dari dalam dan luar Malaka lebih sering memanfaatkan tempat itu sebagai sarana rekreasi keluarga dimusim liburan atau sekedar menjadi tempat persinggahan warga melepas lelah setiap hari.
Weliman springs known in Malacca by the name of Wematan Weliman located in Haitimuk village, Weliman sub-district, Malaka regency is water sources in the center of five densely populated subdistricts in Malaka such as Weliman, West Malaka, Wewiku, Rinhat and Central Malacca. Nowadays it has been well laid out for irrigation which encountered irrigation paths that have been well built. Besides that every day especially during the day and afternoon, this place becomes a place of rest, swimming and family recreation even used by citizen to wash clothes and vehicle and to bathe cattle but not at core of the pool. Nowadays residents from within and outside of Malacca more often take advantage of the place as a means of family recreation in the holiday season or just a place to stopover unwind the busy day.
|
Weliman Water spring Malaka, Photo by Ketut Rudi |
|
Utilization of springs, Photo by Ketut Rudi
|
|
Clean and fresh water of Weliman Spring, Photo By Ketut Rudi |
|
Happy Family of Cows in Weliman, Photo by Ketut Rudi |
|
Water flows throughout the year, photo by ketut Rudi |
Rumah panggung sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat berkumpulnya tua-tua adat (fukun) untuk bermusyawarah sebelum memulai ritual-ritual tradisional. Rumah panggung ini beberapa diantaranya merupakan rumah yang sangat disakralkan dan tidak sembarang orang dapat memasukinya karena di dalamnya tersimpan berbagai benda keramat peninggalan leluhur. Harekakae dan Wewiku adalah dusun tradisional yang banyak dijumpai rumah-rumah adat milik masyarakat yang masih mempertahankan warisan budaya di Malaka meski banyak dijumpai rumah-rumah modern namun rumah adat tetap dibangun dan digunakan oleh warga. Setiap tahun diadakan pesta Jagung Muda/Hamis Oan/Saur Batur untuk menghormati dan menghargai barang-barang kuno. Acara dilakukan 3 hari 3 malam diakhiri dengan lempar jagung dan tarian Tebe Bei Mau.
Stage house until now still used as a gathering place of traditional elders (fukun) for deliberation before starting traditional rituals. House of stilts are some of them is a very sacred house and not just anyone can enter it because in it are stored various sacred objects relics of ancestors. Harekakae and Wewiku are traditional hamlets that are often found these traditional houses for people who are still retaining cultural heritage of Malacca and although many modern houses are built by some of them but custom house is also built and used by. Every year there is a Young Corn Party / Hamis Oan / Saur Batur party to honor and appreciate ancient items. The event is held 3 days and 3 nights ending with throwing corn and dance Tebe Bei Mau.
|
Custom House of Wewiku, Photo By Ketut Rudi |
|
The Indigenous Tree, Very Old and Sacred in Harekakae, Photo by Ketut Rudi |
|
Sirih Pinang, A tradition in Welcoming Guest By Malaka People, Photo by Ketut Rudi |
|
Sunshade, Photo by Ketut Rudi
|
|
Sunshade, Photo by Ketut Rudi |
|
The Art, Carving on the wooden pivot, photo by Ketut Rudi |
|
The Art, Carving on the wooden pivot, photo by Ketut Rudi |
|
The roof, photo by Ketut Rudi |
|
Activity inside the house, photo by Ketut Rudi |
|
Keeping the tradition, photo by Ketut Rudi |
|
Standing majestic amid the change towards modern use of concrete, photo by Ketut Rudi |
|
Fabric Weavers in Harekakae Malacca, Photo by Adi Shahib |
|
Holy statue in front of the house, photo by Adi Shahib |
Namun meski tersedia rute baru ini, saya memutuskan untuk kembali ke Kota Kupang dengan menempuh rute pada umumnya digunakan sebelum rute jalur selatan dibangun. Meski menempuh waktu yang lebih lama, namun saya dapat mengunjungi beberapa tempat indah disepanjang jalan dan sebagai catatan kunjungan selanjutnya. Berikut adalah keindahan sepanjang jalan dari Haelulik menuju Kupang :
Although this new route is available and confenience for me, but I decided to return to Kupang City by taking commonly used route before the southern route was built. Although it took longer time, but I was able to visit some beautiful places along the way and as a record to my next visit. Here is the beauty along the road from Haelulik to Kupang:
|
Bridge in Malacca, Photo by Ketut Rudi |
|
Return Home through Haelulik kefa Soe Kupang, Photo by Ketut Rudi |
|
Return Home through Haelulik kefa Soe Kupang, Photo by Ketut Rudi |
|
Return Home through Haelulik kefa Soe Kupang, Photo by Ketut Rudi |
|
Amazing yellow color of Ricefield, photo by Ketut Rudi |
|
Amazing yellow color of Ricefield, photo by Ketut Rudi |
|
Goodbye Malacca, photo by Ketut Rudi |
Sebuah pengalaman yang menyenangkan tatkala menggunakan jalur selatan dalam perjalanan ke malaka dan akhirnya kembali ke Kupang menggunakan jalur tengah yakni melewati Atambua, Kefamenanu, Soe yang mungkin lebih jauh 3 jam namun sangat baik untuk saya yang kurang kerjaan ini....Ha..ha..ha saya cuma bercanda dan semoga informasi ini bermanfaat buat para pembaca yang setia dan selalu membaca artikel saya. Terima kasih dan yuk bertamasya keliling Pulau Timor yang indah. Nantikan acara jalan-jalan saya lainnya pada episode selanjutnya.
A pleasant experience when using the southern route on the way to Malacca and finally back to Kupang using the middle route that passes Atambua, Kefamenanu, Soe which may be further 3 hours but very good for me who on scant work.... Ha .. ha ..ha I'm just kidding and hopefully this information is useful for you readers and always read my article. Thanks and lets explore the beautiful island of Timor. Waits to my other travel on the next episode.
Article by : Ketut Rudi Utama
Song :Superman - Goldfinger
No comments:
Post a Comment