Wednesday, January 30, 2019

Cerita Dari Sebuah Perjalanan Ke Pantai Indah Di Selatan Pulau Timor (Stories From A Journey To Beautiful Beaches On The South Of Timor Island)

Pantai yang berlokasi di pesisir selatan Pulau Timor tepatnya di Desa Nualunat, Kecamatan Kotolin, TTS-NTT ini menjadi magnet baru bagi para traveller dan pencinta alam. Bongkahan bebatuan besar disepanjang pantai ini tersusun dengan sendirinya oleh deburan ombak dan angin sebagai sebuah racikan misteri alam sehingga terlihat unik dan eksotik. Yang lebih unik lagi, tekstur/relief bebatuan ini lebih mirip kulit atau sisik buaya. Hal ini mengingatkan kita pada kisah/mitos asal-usul pulau Timor yg konon berasal dari buaya. Pantai Boisae dan ada pula yang menyebutnya dengan nama pantai Oenikan. Yah, apapun namanya, tapi pantai ini telah menyematkan diri sebagai salah satu pantai indah di pesisir selatan pulau timor. Lokasi pantai ini tidaklah sulit dijangkau karena berada dipinggiran jalur lintas selatan pulau timor sehingga terbilang mulus utk dilalui oleh kendaraan. Membutuhkan waktu tempuh sekitar 3,5 jam dri Kota Kupang atau sekitar 2 jam dari Kota SoE (sekitar 40 menit dari pantai kolbano). Oya, yang terpenting adalah bagi teman-teman yang ingin menikmati keindahan pantai ini, jangan lupa untuk menjaganya agar tetap bersih dan lestari karna alam adalah aset berharga yang akan kita wariskan untuk generasi mendatang. Jaga Alam = Jaga Masa Depan! (Elgyzel Glen Ndjukambani)


The beach, which is located on the southern coast of Timor Island, precisely in Nualunat Village, Kotolin District, TTS-NTT is a new magnet for travelers and nature lovers. Large chunks of rock along the coast are arranged by themselves by the pounding of waves and wind as a mixture of natural mysteries that look unique and exotic. Even more, the texture / relief of these rocks looks more like crocodile's skin or scales. This reminds us of the story / myth of the origin of the island of Timor which is said originated by crocodiles. Boisae Beach and some call it Oenikan Beach. Well, whatever it's called, but this beach has pinned itself as one of the beautiful beaches on the southern coast of the island of Timor. The location of this beach is not difficult to reach because it is located on the edge of the southern crossing line of the island of Timor so it is fairly smooth to be traversed by vehicles. It takes about 3.5 hours to travel from Kupang City or about 2 hours from SoE City (about 40 minutes from Kolbano Beach). Anyway, the most important thing is for friends who want to enjoy the beauty of this beach, don't forget to keep it clean and sustainable because nature is a valuable asset that we will inherit for future generations. Keep Nature = Keep the Future! (Elgyzel Glen Ndjukambani)

Enchantment of Boisae Beach (Photo by Elgyzel Glen Ndjukambani)

Enchantment of Boisae Beach (Photo by Elgyzel Glen Ndjukambani)

Enchantment of Boisae Beach (Photo by Elgyzel Glen Ndjukambani)

Enchantment of Boisae Beach (Photo by Elgyzel Glen Ndjukambani)

Enchantment of Boisae Beach (Photo by Elgyzel Glen Ndjukambani)

Enchantment of Boisae Beach (Photo by Elgyzel Glen Ndjukambani)

Enchantment of Boisae Beach (Photo by Elgyzel Glen Ndjukambani)

“Gundah hati Sang Fatu Un”
(Catatan singkat sebuah perjalanan).

Gerimis tipis berpadu nyanyian merdu gulungan ombak laut selatan membelai hamparan batu-batu kecil berwarna keputihan menyambut kedatanganku saat itu untuk kesekian kalinya aku datang menyapa kolbano. Batu besar itupun masih berdiri kokoh disana. Iya, sebuah batu yang diberi nama Sang "fatu un" atau Batu Raja. Batu besar itu terus tampak berdiri tegak walau saat ini terlihat membungkuk bahkan seperti meringkuk.Yah, kamu masih disana wahai sobatku", kataku dalam hati. Dia Masih berdiri, dan sendiri menatap jauh ke arah samudera luas. Riuh tawa lepas para bocah yang berlari diatas hamparan batu-batu kecil sahabat kecil yang berwarna memukau seolah tak mengusik lamunan sang Fatu Un. Masih seperti waktu lalu, tatapan mata sang Fatu Un terlihat kosong berbingkai raut wajah murung. "Apa kabar sobatku?", Apa yang kau pikirkan?”, Sapaku sambil mendekatinya. “hallo sobat, seperti yang kau lihat, aku masih sama seperti hari kemarin.” Seperti berbisik ditelingaku Sang Fatu Un sambil kembali menatap jauh kedepan ke samudera yang luas.. Lanjutnya: “Sobat, entah sudah berapa banyak batu-batu kecil teman-teman berwarnaku pergi di ambil orang. Aku ingin tahu bagaimana kabar mereka disana.” “Hampir saban hari, sepanjang pesisir ini dipenuhi manusia dengan segala karakter dan kepentingannya. Dari pagi hingga gelap malam, halamanku selalu dikunjungi. Memang terlihat ramai tapi, saat malam terasa sepi, risau dan kwatir yang semakin memasungku.” Lanjut sang Fatu Un lirih: “Aku tahu, jutaan sahabat kecilku hadir agar bisa jadi berkat bagi kesejahteraan manusia.  Walaupun mungkin, hanya segelintir saja yg menikmatinya. Namun, haruskah mereka pergi dengan meninggalkan luka pada alam yg makin lama makin terasa sakitnya? Tidak adakah cara yang lebih arif yang bisa ditempuh manusia untuk mengusung berkat tanpa memasung senyum kami?” “Aku sepi, rindu pada tawa ceria nan polos dari teman-teman kecilku. Akupun risau, risau ketika mereka mulai pergi, hilang terbawa segala kepentingan manusia.” Sambil tertunduk lesu dia berkata lirih: “Sobat, aku kwatir bahkan mulai takut. Takut jika Sang Khalik melepaskan murkanya saat alam tak lagi menampilkan indahnya.” Suasana siang itu kembali hening. Sang alam sepertinya setuju dengan kerisauan hatinya. “Sobatku sang Fatu Un, teruslah berdiri meski kakimu hampir rapuh. Kamu harus kuat, karna pesonamu sebagai primadona pesisir selatan tak akan lekang termakan segala kepentingan manusia. Entah berapa banyak kisah yang sudah kau lihat bahkan kau alami. Maaf jika sebagai manusia, kami belum bisa peka bahkan terlampau buta ‘tuk melihatmu dan alam ini dengan hati....MAAF.”

"Disappointed the heart of Sang Fatu Un"
(Brief note of a trip).

A Thin drizzle combined with melodious singing that coming from rolls of the southern waves were caressing the whitish small stones  welcomed my arrival at that time on my other visit to greet kolbano beach. The big rock still stands there. Yes, a rock named  "fatu un" or "Batu Raja". The big rock continues to stand tall even though at that moment it looked bent even like curled up. Well, you are still there my friend, "I said to myself. It's still stood up, and alone stared far towards to the vast ocean. the expanse of small colorful stones  as small size friends of Fatu Un which never disturb the daydream of the Fatu Un. Still like the last time, the eyes of the Fatu Un look empty framed by a gloomy face. while approaching Fatu Un, "Hello my friend, as you can see me, I am still the same as yesterday", it was just like whispering in my ear while Fatu Un Returned back staring far ahead to the vast ocean .. Fatu Un then continued: "My Friend, I don't know how many colored small stones the friends of mine taken by people", I want to know how they are there", " Almost every day, along the coast filled visited by humans with all of their character and interests",  morning to dark of night, "my yards is always visited", "It looks crowded but, at night I feels lonely, worried and anxious, which increasingly engages me". Continued by Fatu Un softly: " I know, the existing millions of my little friends are  can be a blessing for human welfare". "Although possible, only a handful enjoy it",  "However, should they leave by leaving wounds to nature that are getting more and more painful?",  "Isn't there a wiser way that humans can take to bring blessings without hurting our smile on them? ", " I am lonely, longing for innocent, cheerful laughter from my little friends". "Then I was also worried, worried when many little stones began to lost, lost carried away by all human interests". "While bowed lethargically Fatu Un said softly:" Friend, I'm afraid even began to fear, fear when the Creator let go His anger when nature no longer displays its beauty". The afternoon was quiet again. The nature seems to agree with his concerns. "My friend Fatu Un, keep standing even though your feet are almost fragile", "You have to be strong, because your charms as the belle of the southern coast will not be broken into all human interests". "I don't know how many stories you have seen even experienced". "I am Sorry that as humans, I could explain you that humans  cannot yet be so sensitive even too blind to see you and this nature deepest in my heart ... SORRY.


Fatu Un Kolbano TTS By Elgyzel Glen Ndjukambani

Fatu Un Kolbano TTS By Elgyzel Glen Ndjukambani

Fatu Un Kolbano TTS By Elgyzel Glen Ndjukambani

Fatu Un Kolbano TTS By Elgyzel Glen Ndjukambani

Fatu Un Kolbano TTS By Elgyzel Glen Ndjukambani


Many Thanks To Elgyzel Glen Ndjukambani "A Man Who Love TTS"  
Posted and edited by Ketut Rudi


Damai Bersama MU (Chrisye) - Cover Religi Duta Heppiii 76 Nufi Wardhana

1 comment:

  1. Baccarat Rules | Play Online and Free Baccarat
    You will notice that all bets will win in the same game, unless there is หาเงินออนไลน์ a different betting febcasino strategy. To start, you should note that there 메리트카지노 is a

    ReplyDelete