Monday, February 18, 2019

Desa Kafelulang Alor Barat Daya (Kafelulang South West Of Alor)

Seringkali kita mendengar istilah  desa dan kota, tentunya kita akan mengetahui perbedaan dua julukan tempat ini dan tentunya tulisan ini akan dibaca oleh orang-orang yang ada diperkotaan sebab fasilitas penunjang termasuk internetnya lengkap. Namun selain tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, juga saya gunakan untuk mengenang perjalanan saya ke sebuah desa. Entah desa ini akan menjadi seperti apa kedepannya tapi saya senang dapat terlibat dalam dunia pembangunan dan terutama pembangunan di desa-desa yang dibilang atau dikategorikan desa tertinggal. Sebuah desa yang bernama Desa Kafelulang. Desa Kafelulang merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Alor Barat Daya, kabupaten Alor, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Desa ini merupakan satu dari 20 desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Alor Barat Daya (Sumber wikipedia). Desa ini memiliki penduduk sebagian besar bersuku asli daerah setempat dan memiliki bahasa daerah tersendiri namun sebagian besar warga menguasai bahasa Indonesia dengan baik. Jalan menuju desa ini dari Kota Kalabahi tampak baik namun sebelum tiba di perbatasan desa tampak jalan semakin mengecil dan rusak bahkan belum diaspal sehingga susah dilalui kendaraan apalagi saat musim hujan maka akan mustahil untuk dilalui. Angkutan yang ada hanyalah kendaraan 4x4 hardtop keluaran Toyota yang disebut dengan "Panser". 

Often we hear the terms village and city, of course we will know the difference between the two nicknames of this place and of course this article will be read by people in the city because the supporting facilities including the internet are complete. But besides this writing hopefully will be useful for readers, I also use it to commemorate my trip to a village. I don't know What will happen to the village I have visited in the future but I am happy to be involved in the world of development and especially development in the villages that are said or categorized as underdeveloped villages. A village called Kafelulang. Kafelulang Village is one of many villages in South West Of Alor sub-district, Alor district, East of Nusa Tenggara province, Indonesia. This village is one of 20 villages  (Source :Wikipedia ). This village has a population mostly indigenous the local area and has its own regional language but most of the people able to speak Indonesian language well. The road to this village from the city of Kalabahi looks good but before arriving at the village border the road seems smaller and damaged and not even paved so that vehicles are difficult to pass especially during the rainy season it will be impossible to pass. Transportation is just a Toyota 4x4 hardtop vehicle called the "Panzer".
Transportasi Local "Panser" Melayani Transportasi Manusia Dan Barang

Istilah Panser ini hanya terdapat di Kabupaten Alor dan sepertinya merupakan satu-satunya moda transportasi yang melayani masyarakat yang ada didesa-desa yang sebagian besar masih belum dibangun jalan yang baik. Panser ini hanyalah sebutan warga lokal dan akhirnya menjadi bahasa yang lasim digunakan oleh siapa saja yang sebenarnya berasal dari julukan kendaraan perang milik militer yang dilengkapi dengan persenjataan berat dan handal. Panser versi masyarakat Alor adalah sebutan untuk kendaraan jenis Jeep hardtop yang memiliki roda penggerak ganda, depan dan belakang. Kondisi jalan yang rusak parah dan medan yang bergunung sehingga banyak tanjakan dan turunan yang curam disertai tikungan-tikungan yang tajam, membuat mobil jenis inilah yang paling layak untuk dijadikan sarana angkutan. Panser tentunya harus dimodifikasi agar cukup menampung penumpang dan barang sebanyak-banyaknya. Setidaknya satu panser bisa menampung muatan orang dan barang. Saya pun akhirnya mendesign panser ini untuk menuju desa Kafelulang. Sebelum memasuki desa tentunya saya disambut selain kondisi jalan yang rusak namun disambut pula oleh sejuknya alam dan hutan yang masih alami. Pohon-pohon masih rimbun dan tinggi. 


The term Panzer is only found in Alor Regency and seems to be the only mode of transportation that serves the people in the villages, most of which have not yet built good roads. This panzer is just the name by local people and eventually becomes the language used by anyone and Panzer actually comes from the nickname of military-owned war vehicles equipped with heavy and reliable weaponry. Alor community version of the armored vehicle is the name for the hardtop car jeep type of vehicle that has dual, front and rear drive wheels. Road conditions are severely damaged and the terrain is mountainous so that many steep slopes and derivatives are accompanied by sharp turns, making this type of car the most suitable for transportation. The Panzer of course must be modified to accommodate as many passengers and goods as possible. At least one panzer can accommodate the load of people and goods. I finally designed this Panzer to go to Kafelulang village. Before entering the village, of course, I was welcomed in addition by the road conditions, but were also welcomed by the coolness of natural and unspoiled forests. The trees are still lush and tall.


Hutan Di Sepanjang Jalan dari Desa Pintu Mas Ke Kafelulang

Hutan Di Sepanjang Jalan dari Desa Pintu Mas Ke Kafelulang
Hutan Di Sepanjang Jalan dari Desa Pintu Mas Ke Kafelulang
Saya bangga dapat terlibat dalam pembangunan di Indonesia dan seperti pada pembukaan tulisan ini bahwa memang benar ada dua tempat yang sangat berbeda kondisinya. Didesa ini jaringan listriknya saja baru dibangun dan saat malam hanya beberapa genset warga yang digunakan untuk penerangan sampai jam-jam tertentu dan kemudian kembali suasana gelap gulita. Saat pembangunan jaringan listrik untuk desa ini, tampak warga sangat bergembira dan bahkan turut memberikan bantuan dan terutama doa yang tulus agar semua program-program dapat terlaksana. 

I am proud to be involved in rural development in Indonesia and as my statement at the opening of this paper that there are indeed two places that are having very different conditions. The electricity network just on going development after so many years and at night only a few generator sets were used for lighting until certain hours and then the atmosphere was completely dark. When developing the electricity network for this village, it seemed that the residents were very happy and even helped provide any requirements and assistance and especially sincere pray so that all programs could be carried out well.

Pembangunan Jaringan Listrik Di Desa Kafelulang
anak-anak Desa Kafelulang Dengan Semangat Turut Membantu



Saya bukanlah seorang yang ahli dalam dunia pertanian dan perkebunan. Namun saat berada di desa Kafelulang saya menjumpai banyak tanaman-tanaman produktif milik warga. Hal ini menunjukan bahwa desa Kafelulang memiliki suhu dan kondisi tanah yang sangat subur untuk beberapa jenis tanaman seperti kemiri, cengkeh, kopi dan vanili.  Namun meskipun demikian air untuk kebutuhan masyarakat juga masih susah didapatkan karena harus berjalan jauh untuk mendapatkannya. 

I am not an expert in the world of agriculture and plantation. But when I was in the village of Kafelulang, I found many productive plants belonging to the residents. This shows that the village of Kafelulang has very well temperatures and fertile soil conditions for several types of plants such as candle-nut, cloves, coffee and vanilla. But even so, water for people's needs is also still difficult to obtain because they have to walk far to get it.


Cengkeh
Kopi
Mungkin saya adalah sosok yang menyukai seni jadi satu hal unik yang saya jumpai adalah dinding rumah-rumah warga yang rata-rata terbuat dari anyaman bambu atau disebut dengan gedeg. Seperti rumah-rumah lainnya yang ada didesa lainnya atau sebuah tempat yang diberi julukan sebuah desa, maka bahan bangunan rumah beserta isinya rata-rata berbahan dasar kayu dan bambu.

Maybe I am a figure who likes art, so one unique thing that I have encountered is the walls of people's homes which are made of woven bamboo or called "gedeg". Like other houses in other villages or a place that is nicknamed a village, the building materials of the house along with their contents are based on wood and bamboo.

Salah Satu Rumah Di Kafelulang

Salah Satu Rumah Di Kafelulang

Senang dapat mengirup udara segar di desa Kafelulang, namun sedih rasanya saat mau mandi atau urusan MCK (Mandi Cuci Kakus) atau harus tidur disuasana gelap serta minimnya hiburan seperti yang ditampilkan pada televisi. Nyamuk - nyamuk mengganggu saat  tidur dan saat sakit ternyata ramuan-ramuan obat dari masyarakat adalah satu-satunya jalan untuk sembuh. Tapi tampaknya saya baik-baik saja dan tidak pernah sakit sebab doa-doa orang didesa lebih tulus dan sangat menyejukan hati. Saat uang tidak ada artinya disebuah tempat maka hidup ini terasa berbeda. Saya sempat merasakan bahagia hidup bersama alam pedesaan semua tampak polos dan penuh kejujuran. 

It's nice to be able to breathe fresh air in Kafelulang village, but it's sad when I need to take a shower or wash and defecate or have to sleep in a dark atmosphere and lack of entertainment as shown on television. Mosquitoes interfere at the time when sleep and when got unwell feeling then it turns out that the medicinal herbs by local community were the only way to recover. But it seems that I was fine and never get sick because the prayers of people in the village are more sincere and very heartening. When money is meaningless in a place then this life feels different. I had the time to feel happy living together with the countryside that all seemed innocent and full of honesty.



article and photos by Ketut Rudi





Fast Car - Tracy Chapman (Boyce Avenue feat. Kina Grannis acoustic cover)

No comments:

Post a Comment